Senin, 07 Juli 2008

Indahnya Berfikir Positif

Aku menurut prasangka hambaKu tentang Aku, maka hendaknya dia berprasangka denganKu atas sesuatu yang dikehendaki (Hadist Qudsi, dikutip dari sarah Risalatul Mu’awanah, hal. 32)

Berpikir positif hanya untuk orang pintar. Mereka meyakini bahwa kreasi yang ditampilkan Allah di bumi tidak ada yang keliru. Seandainya, ada perihal jelek yang berkelibat di depan mata, jika ditangkap dengan lensa positif, maka sungguh keadaan itu akan menghadirkan berbutir hikmah. Hikmah hanya ditemukan oleh orang-orang yang berpikir positif. Kala orang berpikir positif maka seluruh kejadian dan peristiwa akan melahirkan perubahan positif bagi dirinya.

Karena yang membuat Anda susah dan senang bukan putaran kejadian, tetapi sikap Anda terhadap kejadian. Kebahagiaan pun bersemi dan terpendam dalam hati nurani, karena ada respons positif pada kejadian.

Seandainya ada orang yang mengantarkan kotoran sapi ke rumah Anda, jika direspons negatif, tentu menjadi sebuah penghinaan yang menyakitkan, karena mengotori tempat lapang Anda. Tetapi jika ditangkap dengan pikiran yang positif maka kotoran sapi itu disambut penuh bahagia, kemudian dikelola menjadi pupuk untuk menumbuhkan bibit sayur atau bunga di depan rumah Anda, sehingga terlihat lebih hijau dan indah kala Anda memandangnya.

Tak ada kesia-siaan dengan berpikir positif, kecuali menghadirkan perubahan positif. Abu Bakar Ash-Shiddiq AS berkali-kali dilempari kotoran oleh tetangganya yang kafir, tetapi beliau merespons dengan kata ‘Alhamdulillah ada rezeki dari Allah’. Respons itu membuat orang yang melempari kotoran tersebut menaruh kagum pada keindahan akhlak sahabat dekat Nabi SAW. itu, sehingga si kafir kepincut masuk islam.

Orang akan mendapatkan apa yang dipikirkan. Ketika berpikir negatif, maka pikiran itu akan memantul dalam realitas dirinya. Sebaliknya, jika berpikir positif, maka pikiran itu akan memantul dalam realitas yang positif. Manakala orang melulu berpikir positif, maka dia hanya selalu melihat bunga harum, yang menghadirkan kedamaian setiap saat. Pikiran itu adalah kerajaan, singgasananya adalah hati, dan rajanya adalah Tuhan. Jika kerajaan selalu dalam keadaan nyaman, penuh bahagia, tak ada suasana perang, maka hati pun akan berada dalam keamanan, dan Tuhan akan menempati singgasana yang dalam damai, karena tanda ada Tuhan adalah adanya kedamaian.

Pikiran kadang menjadi kerajaan yang membuat diri selalu terhiasi kebahagiaan, tapi bisa juga pikiran akan menjadi suatu yang mencekamkan. Pikiran hanya memancarkan pelita kedamaian, manakala pikiran diselimuti dengan sikap positif.

Pikiran adalah searching engine, menjelajah sisi kebenaran sejati. Berarti, searching engine ini harus selalu berusaha menggali mutiara dibalik debur gelombang kehidupan, tidak berhenti menyapa dan melihat gelombang tersebut. Pikiran itu melahirkan dan juga menyerap, apa yang terejawantah berbentuk realitas terserap kembali dalam pikiran, dan apa yang dipikirkan akan terejawantah dalam realitas.

Karena itu, hati-hatilah dengan apapun yang dipikirkan, berusaha selalu dengan pikiran damai yang dihembuskan dari jiwa terdalam agar bisa menghadirkan kedamaian. Amat dahsyatnya berpikir positif, Islam menganjurkan agar manusia selalu berpikir sesuatu dengan baik. Karena apapun yang dipikirkan adalah cetak biru dari realitas yang akan ditampilkan. Pikiran kita pada sesuatu amat menentukan pikiran kita tentang Tuhan. Karena seluruh realitas tidak pernah lepas dari kehendak Allah. Bila dalam cetak biru kita selalu berpikir yang positif, maka berarti kita pun selalu memikirkan yang datang dari Allah dalam karangka yang positif.

Orang berpikir positif, menganggap hari yang memuat musibah bukan hari terakhir, bahkan musibah dipandang sebagai pelatihan dari Allah agar dia bisa naik kelas dan mendapati lencana kesatria. Memang untuk merasakan nikmatnya rasa manis, disarankan untuk merasakan pahit yang menggetirkan, walhasil manis itu benar-benar terasa manis. Tapi ketika orang merasakan manis terus-menerus, maka manis itu tidak akan pernah dirasakan, bahkan rasa manis itu tidak ada.

Menyitir firman Allah dalam hadist Qudsi “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku tentang Aku”. Ketika Anda berpikir positif, maka yang akan diperoleh adalah keadaan diri yang positif. Pikiran adalah dunia cetak biru, bila cetak biru putih, maka realitas yang akan hadir pun menjadi putih. Jika Anda berpikir positif, maka sebelum yang dipikirkan itu menjadi realita, hati Anda sudah merasa amat bahagia.

Benar, bahwa keadaan diciptakan dua kali, diciptakan oleh pikiran, dan kemudian menampak dalam alam nyata secara indrawi. Perlu juga diyakini bahwa realitas itu sendiri sejatinya pantulan dari gerak pikiran kita jua. Karena pikiran adalah sumber inspirasi untuk menghadirkan realitas nyata, maka kita harus benar-benar menebarkan bibit positif dan excellent dalam pikiran, sehingga yang dipanen dalam realitas inderawi adalah sesuatu yang baik.

Betapa indahnya, ketika setiap hari kita berpikir positif. Melihat peminta-minta, maka kita pun berpikir, betapa Allah telah mengirimkan pengemis untuk menjemput sedekah yang harus dikeluarkan. Ketika harta digarong pencuri, maka kita berpikir ke dalam diri, mungkin ada harta yang belum disucikan, alias ada hak orang di harta kita, sehingga kumpulan dari hak orang lain itu diselamatkan melalui utusan Tuhan, yakni si penggarong.

Ciri orang berpikir positif, dia lebih dahulu mencurigai dirinya ketimbang mencurigai orang lain, memprotes diri terlebih dahulu ketimbang memprotes orang lain, menghinakan diri sendiri ketimbang menghinakan orang lain.

Jika orang telah berani mengevaluasi diri dan bercermin dengan realitas yang hadir, maka semakin hari dia semakin bersih, jernih, dan setiap yang datang darinya akan mengandung ilmu, hikmah, dan solusi.

Betapa dahsyatnya kekuatan berpikir positif ini terhadap kejiwaan, hati, pikiran, berikut mengada dalam tindakan dan sikap kita yang selalu indah bergaul dengan orang lain.

Jika ketemu orang dengan mendahulukan berpikir positif, maka yang akan keluar kata-kata berpengaruh positif, mengubah, mengilhami, bahkan membuat orang lain tertransformasi. Seandainya dia bersalaman, maka salamannya akan mengalirkan spirit, hingga membuat orang yang loyo menjadi lebih bergairah. Jika berbuat dia pun berbuat dengan kejernihan pikiran, sehingga seluruh pekerjaannya bisa tertangani dengan baik.

Berbeda dengan orang yang diselimuti pikiran negatif, ia tidak berkonsentrasi pada pekerjaan, tapi konsentrasi dengan sisi negatif yang mengganggu pikiran. Itu rahasianya, mengapa manakala orang berpikir positif bisa memaksimalkan pekerjaan dengan baik tetapi jika berpikir negatif, pekerjaannya cenderung tidak maksimal bahkan semrawut.

Orang berpikir positif cenderung menyatukan fokusnya pada pekerjaan sebagai pekerjaan yang enjoy dan menyenangkan. Jika orang berpikir negatif, maka dia akan fokus pada pekerjaan sebagai pekerjaan yang tidak menyenangkan. Pikiran adalah perasut, bila perasut dibuka dengan pikiran positif, maka udara pengaruh yang akan masuk adalah energi positif. Pikiran kita sejatinya lebih tune in dan superdahsyat ketika dicantolkan dengan hal-hal positif, karena ketenangan pikiran ada di situ. Bayangkan, seandainya pikiran sedang memikirkan tentang pribadi yang berwibawa karena kedalaman pengetahuan dan kedekatannya dengan Allah, pikiran tentu akan lebih mampu menghadirkan lompatan yang besar (quantum leap).

Singkat kata, pikiran positif lebih dinamis dan mumpuni melakukan lompatan, dan pikiran negatif cenderung memandekkan kita untuk menggapai karya gemilang. Hadirlah setiap hari dengan pikiran positif, melihat semuanya dalam karangka positif, niscaya Anda selalu bahagia.

Sumber: http://semanggi-surabaya.com


Tidak ada komentar: